Diduga Aksi Bullying di SD Kota Metro Tuai Keluhan Wali Murid

Diduga Aksi Bullying di SD Kota Metro Tuai Keluhan Wali Murid

Metro — Aksi Bullying antar peserta didik diduga terjadi di Kota Metro. Ironisnya, aksi perundungan itu diduga terjadi pada salah satu sekolah dasar (SD) favorit di Bumi Sai Wawai.

Diduga, ada tiga korban bullying anak kelas VI (6) sekolah dasar yang saat ini mengalami trauma hingga takut untuk masuk ke sekolahnya.

Wali murid salah satu anak diduga korban bullying, AR (35) mengungkapkan jika belakangan ini anaknya kerap bersikap aneh.

“Tingkah laku anak saya aneh, tidak seperti biasanya. Kalau saya tanya ada apa, anak saya diam tiba-tiba menangis tapi tidak berani cerita ada apa. Pelan-pelan saya kembali bertanya lagi, akhirnya anak saya mengaku kalau belakangan ini sering di bully dengan beberapa teman sekelasnya,” kata AR, Rabu (1-11-2023).

Karena tingkah laku anaknya yang tidak seperti biasa tersebut, ia pun meminta anaknya bercerita perihal bullying yang di alami belakangan ini di sekolahnya.

“Anak saya terus cerita kalau disekolah sering di ganggu, diancam, dipermalukan, di intimidasi oleh beberapa teman sekelasnya. Nah, ternyata yang mendapatkan bullying disekolah ini bukan anak saya saja. Ada dua teman anak saya juga. Salah satunya sudah tidak mau sekolah lagi. Sementara satunya masih sekolah karena dipaksa sekolah oleh orangtuanya,” sesalnya.

Belum lama ini, dia menambahkan, AR menemui guru disekolah anaknya untuk menginformasikan dugaan bullying yang dialami anaknya itu.

Namun sayang, bukannya menemui titik terang. perlakuan bullying terhadap anaknya malah semakin parah dan berakibat buruk hingga sang anak enggan untuk masuk sekolah.

“Saya pernah melaporkan kejadian ini kepada guru BK di sekolah itu. Dan anak-anak yang melakukan bullying pun diberi hukuman dengan hormat kepada bendera di halaman sekolah. Setelah selesai hukuman anak-anak itu, anak saya di intimidasi karena dituduh sebagai cepu yang melaporkan praktek bullying itu ke guru,” sesalnya lagi.

Akibat perilaku bullying itu, dirinya pun sempat ingin memindahkan sang anak ke sekolah lain.

“Saya sudah izin ke guru untuk memindahkan anak saya ke sekolah lain. Tapi menurut guru itu, kepala bidang Dikdas Dinas Pendidikan tidak mengizinkan anak kelas enam pindah sekolah karena sebentar lagi ujian. Makanya saya bingung harus berbuat apalagi,” ujarnya.

Dia berharap, perilaku bullying yang di alami anaknya mendapat perhatian serius dari pihak-pihak terkait. Agar anaknya tidak merasa takut untuk masuk sekolah.

“Pelaku bullying ini ada grup whatsapp. Nah, di dalam grup itu ada anak korban bullyng lainnya. Anak inilah yang kasih tahu ke anak saya untuk hati-hati, karena anak saya mau di habisi gara-gara mengadu ke guru soal bullying itu. Makanya sekarang anak saya takut dan tidak mau sekolah lagi. Setiap cerita ke ibunya, anak saya nangis terus. Makanya saya berharap masalah anak saya ini cepat selesai. Kasihan mentalnya terganggu,” keluhnya. (**)

Loading

Redaksi
Author: Redaksi

Related posts

Leave a Comment